ANGKA
KEMATIAN IBU
Ibu
adalah seorang yang sangat mulia, sudah mengandung selama Sembilan bulan namun
setelah melewati masa mengandung bukan berarti tugas ibu selesai justru hal
yang paling krusial akan dilalui oleh seorang ibu. Ibu akan melahirkan seorang
anak dan akan mempertaruhkan nyawa demi melahirkan seorang anak. Sungguh patut
disayangkan seorang ibu yang ingin mempunyai anak harus mempertaruhkan
nyawanya. Seorang ibu rela mati demi membuat anaknya bisa hadir di dunia dengan
selamat.
Dari
pandangan diatas layakkah seorang ibu mempertaruhkan nyawa. Haruskah seorang
ibu mati demi anaknya. Menurut pandangan saya tidaklah perlu ibu harus
mempertaruhkan nyawa demi melahirkan buah hatinya. Namun hal ini juga perlu di
perhatikan oleh para medis dan pemerintah. Angka kematian ibu di Indonesia
sangat tinggi, dari fakta yang terjadi rata-rata penyebab ibu meninggal adalah
terjadinya pendarahan hebat saat berusaha melahirkan anaknya. Seharusnya para
medis juga harus memulai berfikir bagaimana caranya agar seorang wanita dapat
dengan aman melahirkan, tanpa harus meregang nyawa. Dengan memikirkan
keamanan dalam melahirkan bayi secara
tidak langsung akan menekan angka
kematian seorang wanita melahirkan.
Selain
itu pemerintah juga harus menyelenggarakan kesejahteraan kesehatan dengan
memberikan pelayanan-pelayanan yang baik bagi ibu melahirkan. Selain itu
pemerintah harus menyedikan tenaga medis yang memadai. Pemerintah juga harus
mampu menyediakan fasilitas-fasilitas medis bagi wanita melahirkan yang
memadai. Pemerintah juga bisa melakukan sosialisasi pada masyarakat untuk mulai
sadar keselamatan dalam melahirkan. Agar keselamatan ibu juga terjamin dan
dapat menjaga diri sendiri dan keselamatan bayi.
Dari
segi yurisdiksi sebenarnya pemerintah sudah cukup tegas dengan ditunjukan pada
Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 171 ayat (1) dan (2)
menyebutkan bahwa pemerintah pusat harus mengalokasikan 5% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/APBN (di luar gaji) dan pemerintah daerah harus
mengalokasikan 10% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/APBD (di luar
gaji) untuk kesehatan. Pasal 171 Ayat (3) mempertegas bahwa 2/3 dari anggaran
tersebut harus digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Untuk menjamin
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang memadai, pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan kebijakan Standar Pelayanan Minimal
(SPM). SPM merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk mendorong pemerintah
daerah melakukan pelayanan publik yang tepat bagi masyarakat, dan sekaligus
mendorong masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap kinerja pemerintah di
bidang pelayanan publik. Khususnya dibidang kesehatan wanita melahirkan.
Mengingat
pentingnya penekanan kematian ibu melahirkan sebagai salah satu pondasi bagi
pembangunan Negara, maka sudah saatnya pemerintah saat ini membuat sebuah
kebijakan mengenai anggaran untuk meningkatkan kesehatan perempuan dalam
melahirkan. Tidak hanya menggunakan indikator angka sebagai target akhir tetapi
juga indikator proses seperti penetapan
anggaran kesehatan perempuan dalam melahirkan, pemerataan jumlah tenaga
kesehatan yang terjangkau, serta pendidikan kesehatan reproduksi untuk
perempuan. Ketiga hal ini harus mendapatkan perhatian dan mendapatkan prioritas
untuk segera mungkin diwujudkan. Karena 3 hal tersebut merupakan indikator
dalam menekan jumlah angka kematian ibu melahirkan.
Ironis
itulah hal yang ada untuk mengerti kematian ibu melahirkan, untuk melahirkan
anak ibu harus mempertaruhkan nyawa. Sebagai seorang anak yang dilahirkan dalam
pertaruhan nyawa seorang ibu sudah sebaiknya kita berlaku baik kepada seorang
ibu. Namun apa yang ada saat ini, anak-anak muda yang dilahirkan dari
pertaruhan nyawa justru melawan orang tua, mengecewakan orang tua. Anak-anak
muda terlalu focus dengan dunianya. Sehingga tawuran ada dimana-mana. Bahkan
akibat tawuran timbul korban meninggal. Bayangkan bagaimana perasaan seorang
ibu ketika anaknya meninggal hanya karena tawuran. Sedangkan dia mellahirkannya
mempertaruhkan nyawa.
Belum
lagi ketika kita sebagai anak muda sering melawan ibu bahkan acuh ketika ibu
kita menderita sakit. Kita hanya sibuk dengan hal-hal yang bisa membuat lupa
terhadap ibu. kita hanya bisa minta menyakiti perasaan ibu kita. Sedangkan
ketika dalam keadaan sakit ibu kita selalu tidak dapat melupakan kasih saying
dan perhatiannya kepada kita. Walau kita menganggap perhatian itu biasa saja,
namun hal inilah yang seharusnya kita hargai. Dibalik lemahnya seorang ibu
terdapat kasih sayang yang luar biasa dari sosok ibu. Saat ibu dalam keadaan
sehat beliau bangun paling pagi untuk merawat kita dengan mempersiapkan segala
kebutuhan harian kita. Dan sampai akhirnya membangunkan kita untuk
beraktifitas, namun kadang kala kita justru memarahi dan membentak-bentak ibu.
Kita yang tinggal bangun dan beraktifitas saja masih merasa keberatan.
Namun
ketika seorang ibu sudah mulai rapuh dan kesehatan mulai menurun apa yang mampu
kita perbuat? Kita masih acuh dan kurang memperhatikannya. Dan ketika beliau
sedang sakit ingin mencium anaknya kadang kala kita sebagai anak menolaknya
hanya karena malu. Pantaskah kita menolak mencium ibu sedangkan dengan kekasih
kita bisa dengan mudah memberikan ciuman dengan alasan karena sayang. Disaat
ibu mulai rapuh dan kesehatan menurun beliau sudah siap untuk dipanggil yang
kuasa namun meski dalam keadaan seperti ini seorang ibu masih memikirkan
kehidupan anaknya jika tanpa kehadiran sosok seorang ibu. Dan akhirnya harus
kembali kepada Yang Maha Kuasa. Apa yang dapat kita lakukan. Hanya bisa
menangis, menyesal, dan kecewa. Pantaskah segala penyesalan kita berikan ketika
beliau telah tiada. Setelah semasa beliau hidup kita anak muda hanya bisa
mengecewakan beliau. Membuat beliau menangis karena ulah kita.
Oleh
karena itu anak-anak yang masih memiliki ibu hendaknya merawat dan berusaha
membahagiakan ibu. Karena beliau harus mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan
kita. Sedangkan seorang ibu tidak harus meninggal untuk melahirkan sesosok
manusia yang jadi dambaan oleh beliau.
Semoga tulisan ini dapat
menjadi inspirasi bagi pembaca. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar