Minggu, 19 Januari 2014

ANGKA KEMATIAN IBU

ANGKA KEMATIAN IBU

            Ibu adalah seorang yang sangat mulia, sudah mengandung selama Sembilan bulan namun setelah melewati masa mengandung bukan berarti tugas ibu selesai justru hal yang paling krusial akan dilalui oleh seorang ibu. Ibu akan melahirkan seorang anak dan akan mempertaruhkan nyawa demi melahirkan seorang anak. Sungguh patut disayangkan seorang ibu yang ingin mempunyai anak harus mempertaruhkan nyawanya. Seorang ibu rela mati demi membuat anaknya bisa hadir di dunia dengan selamat.
            Dari pandangan diatas layakkah seorang ibu mempertaruhkan nyawa. Haruskah seorang ibu mati demi anaknya. Menurut pandangan saya tidaklah perlu ibu harus mempertaruhkan nyawa demi melahirkan buah hatinya. Namun hal ini juga perlu di perhatikan oleh para medis dan pemerintah. Angka kematian ibu di Indonesia sangat tinggi, dari fakta yang terjadi rata-rata penyebab ibu meninggal adalah terjadinya pendarahan hebat saat berusaha melahirkan anaknya. Seharusnya para medis juga harus memulai berfikir bagaimana caranya agar seorang wanita dapat dengan aman melahirkan, tanpa harus meregang nyawa. Dengan memikirkan keamanan  dalam melahirkan bayi secara tidak langsung  akan menekan angka kematian seorang wanita melahirkan.
            Selain itu pemerintah juga harus menyelenggarakan kesejahteraan kesehatan dengan memberikan pelayanan-pelayanan yang baik bagi ibu melahirkan. Selain itu pemerintah harus menyedikan tenaga medis yang memadai. Pemerintah juga harus mampu menyediakan fasilitas-fasilitas medis bagi wanita melahirkan yang memadai. Pemerintah juga bisa melakukan sosialisasi pada masyarakat untuk mulai sadar keselamatan dalam melahirkan. Agar keselamatan ibu juga terjamin dan dapat menjaga diri sendiri dan keselamatan bayi.
            Dari segi yurisdiksi sebenarnya pemerintah sudah cukup tegas dengan ditunjukan pada Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 171 ayat (1) dan (2) menyebutkan bahwa pemerintah pusat harus mengalokasikan 5% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/APBN (di luar gaji) dan pemerintah daerah harus mengalokasikan 10% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/APBD (di luar gaji) untuk kesehatan. Pasal 171 Ayat (3) mempertegas bahwa 2/3 dari anggaran tersebut harus digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang memadai, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan kebijakan Standar Pelayanan Minimal (SPM). SPM merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk mendorong pemerintah daerah melakukan pelayanan publik yang tepat bagi masyarakat, dan sekaligus mendorong masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap kinerja pemerintah di bidang pelayanan publik. Khususnya dibidang kesehatan wanita melahirkan.
            Mengingat pentingnya penekanan kematian ibu melahirkan sebagai salah satu pondasi bagi pembangunan Negara, maka sudah saatnya pemerintah saat ini membuat sebuah kebijakan mengenai anggaran untuk meningkatkan kesehatan perempuan dalam melahirkan. Tidak hanya menggunakan indikator angka sebagai target akhir tetapi juga indikator  proses seperti penetapan anggaran kesehatan perempuan dalam melahirkan, pemerataan jumlah tenaga kesehatan yang terjangkau, serta pendidikan kesehatan reproduksi untuk perempuan. Ketiga hal ini harus mendapatkan perhatian dan mendapatkan prioritas untuk segera mungkin diwujudkan. Karena 3 hal tersebut merupakan indikator dalam menekan jumlah angka kematian ibu melahirkan.
            Ironis itulah hal yang ada untuk mengerti kematian ibu melahirkan, untuk melahirkan anak ibu harus mempertaruhkan nyawa. Sebagai seorang anak yang dilahirkan dalam pertaruhan nyawa seorang ibu sudah sebaiknya kita berlaku baik kepada seorang ibu. Namun apa yang ada saat ini, anak-anak muda yang dilahirkan dari pertaruhan nyawa justru melawan orang tua, mengecewakan orang tua. Anak-anak muda terlalu focus dengan dunianya. Sehingga tawuran ada dimana-mana. Bahkan akibat tawuran timbul korban meninggal. Bayangkan bagaimana perasaan seorang ibu ketika anaknya meninggal hanya karena tawuran. Sedangkan dia mellahirkannya mempertaruhkan nyawa.
            Belum lagi ketika kita sebagai anak muda sering melawan ibu bahkan acuh ketika ibu kita menderita sakit. Kita hanya sibuk dengan hal-hal yang bisa membuat lupa terhadap ibu. kita hanya bisa minta menyakiti perasaan ibu kita. Sedangkan ketika dalam keadaan sakit ibu kita selalu tidak dapat melupakan kasih saying dan perhatiannya kepada kita. Walau kita menganggap perhatian itu biasa saja, namun hal inilah yang seharusnya kita hargai. Dibalik lemahnya seorang ibu terdapat kasih sayang yang luar biasa dari sosok ibu. Saat ibu dalam keadaan sehat beliau bangun paling pagi untuk merawat kita dengan mempersiapkan segala kebutuhan harian kita. Dan sampai akhirnya membangunkan kita untuk beraktifitas, namun kadang kala kita justru memarahi dan membentak-bentak ibu. Kita yang tinggal bangun dan beraktifitas saja masih merasa keberatan.
            Namun ketika seorang ibu sudah mulai rapuh dan kesehatan mulai menurun apa yang mampu kita perbuat? Kita masih acuh dan kurang memperhatikannya. Dan ketika beliau sedang sakit ingin mencium anaknya kadang kala kita sebagai anak menolaknya hanya karena malu. Pantaskah kita menolak mencium ibu sedangkan dengan kekasih kita bisa dengan mudah memberikan ciuman dengan alasan karena sayang. Disaat ibu mulai rapuh dan kesehatan menurun beliau sudah siap untuk dipanggil yang kuasa namun meski dalam keadaan seperti ini seorang ibu masih memikirkan kehidupan anaknya jika tanpa kehadiran sosok seorang ibu. Dan akhirnya harus kembali kepada Yang Maha Kuasa. Apa yang dapat kita lakukan. Hanya bisa menangis, menyesal, dan kecewa. Pantaskah segala penyesalan kita berikan ketika beliau telah tiada. Setelah semasa beliau hidup kita anak muda hanya bisa mengecewakan beliau. Membuat beliau menangis karena ulah kita.
            Oleh karena itu anak-anak yang masih memiliki ibu hendaknya merawat dan berusaha membahagiakan ibu. Karena beliau harus mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan kita. Sedangkan seorang ibu tidak harus meninggal untuk melahirkan sesosok manusia yang jadi dambaan oleh beliau.
Semoga tulisan ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaca. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar