Merdeka.com - Gunung Kelud adalah gunung api tipe A di Jawa Timur
yang sangat aktif dengan letusannya didominasi oleh letusan eksplosif
cukup kuat baik yang terjadi pada pra sejarah maupun dalam masa sejarah
manusia untuk menghasilkan endapan-endapan freatik, freatomagmatik,
aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik di sekitarnya. Sejak tahun
1300 Masehi, gunung ini tercatat aktif meletus dengan rentang jarak
waktu yang relatif pendek (9-25 tahun), menjadikannya sebagai gunung api
yang berbahaya bagi manusia.
Hingga kini, sudah beberapa kali
gunung tersebut meletus. Kekhasan gunung api ini adalah adanya danau
kawah (hingga akhir tahun 2007) yang membuat lahar letusan sangat cair
dan membahayakan penduduk sekitarnya. Akibat aktivitas tahun 2007 yang
memunculkan kubah lava, danau kawah nyaris sirna dan tersisa semacam
kubangan air.
Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban
lebih dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut
korban lebih dari 10.000 jiwa.
Atas dasar itu, sebuah sistem
untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun
1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada tahun 1919
memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu
pemukiman penduduk. Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat meletus pada
tahun 1901, 1919, 1951, 1966, dan 1990. Tahun 2007 gunung kembali
meningkat aktivitasnya.
Letusan di 1919, termasuk yang paling
mematikan karena menelan korban 5.160 jiwa, merusak sampai 15.000 ha
lahan produktif karena aliran lahar mencapai 38 km, meskipun di Kali
Badak telah dibangun bendung penahan lahar pada tahun 1905. Selain itu
Hugo Cool pada tahun 1907 juga ditugaskan melakukan penggalian saluran
melalui pematang atau dinding kawah bagian barat. Usaha itu berhasil
mengeluarkan air 4,3 juta meter kubik.
Karena letusan inilah
kemudian dibangun sistem saluran terowongan pembuangan air danau kawah,
dan selesai pada tahun 1926. Secara keseluruhan dibangun tujuh
terowongan. Pada masa setelah kemerdekaan dibangun terowongan baru
setelah letusan tahun 1966, 45 meter di bawah terowongan lama.
Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama Terowongan Ampera.
Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar tetap 2,5
juta meter kubik.
Letusan 1990 berlangsung selama 45 hari, yaitu
10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990. Pada letusan ini, Gunung Kelud
memuntahkan 57,3 juta meter kubik material vulkanik. Lahar dingin
menjalar sampai 24 kilometer dari danau kawah melalui 11 sungai yang
berhulu di gunung itu.
Letusan ini sempat menutup terowongan Ampera dengan material vulkanik. Proses normalisasi baru selesai 1994.
Aktivitas
gunung ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih terus
berlanjut hingga November tahun yang sama, ditandai dengan meningkatnya
suhu air danau kawah, peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan
warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh. Status awas
dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16
Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung
(lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng gunung tersebut harus
mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.
Setelah sempat agak
mereda, aktivitas Gunung Kelud kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007
dengan peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik
dangkal. Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau
melebihi 74 derajat Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar
40 derajat Celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak.
Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm)
menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak
terjadi letusan.
Terakhir, Kamis (13/2) di 2014, gunung yang
berada di Kediri itu kembali meletus sekitar pukul 23.00 WIB. Ribuan
warga mengungsi ke penampungan.
Hujan batu dan petir melanda hingga dini hari. Masih belum diketahui kerugian dan ada atau tidaknya korban jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar